tag:blogger.com,1999:blog-29061942631854897072024-03-21T12:43:17.755-07:00Radha LaksmiRadha Laksmihttp://www.blogger.com/profile/02510682845957514361noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-2906194263185489707.post-90844964332889377072013-07-19T01:05:00.004-07:002015-06-04T01:29:17.983-07:00Sukma Ayu Nariswari - Senjata Dewa Nawasanga <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Ini lagu yang bagus (menurut hemat saya),<br />
<br />
silahkan disimak dan maaf liriknya belum sempat di kutip.<br />
<br />
ada yang bersedia membantu untuk mengutipkannya untuk yang lain?<br />
<br />
hehe, sekalian aja uji kemampuan pemahaman bahasa bali halusnya<br />
<br />
trimsRadha Laksmihttp://www.blogger.com/profile/02510682845957514361noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2906194263185489707.post-56645250219261859462012-11-03T14:10:00.001-07:002012-12-26T18:42:31.933-08:00Suryanamaskar - Penghormatan kepada matahari<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_82pw1XMl3b_HXCczTDBJXowf2xpVPq2Ft2DmlvgZwVQKmGgrNd7C3juHzV6-dluVG_6bCPaofUXTiEYp_vNlDrt3-1OVpMUB_jFEJWaEyiNRimf-UUfX3kqtTSbyRtt8vVNDSAl5L_tb/s1600/Surya-Namaskar-Nameste.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_82pw1XMl3b_HXCczTDBJXowf2xpVPq2Ft2DmlvgZwVQKmGgrNd7C3juHzV6-dluVG_6bCPaofUXTiEYp_vNlDrt3-1OVpMUB_jFEJWaEyiNRimf-UUfX3kqtTSbyRtt8vVNDSAl5L_tb/s200/Surya-Namaskar-Nameste.jpg" height="497" width="640" /></a></div>
<span style="font-size: x-large;"> S</span>uryanamaskar adalah salah satu jenis yoga yang saat ini sedang digandrungi oleh banyak kalangan, baik dari kalangan muda maupun kalangan tua. Hal ini terjadi bukan hanya karena gerakan dan cara pelaksanaanya yang dinilai mudah tetapi juga karena manfaat yang dihasilkan dengan melaksanakannya secara teratur. (<i>Bagi yang menggemari bolywood, kita dapat melihat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amitabh_Bachchan" target="_blank">Amitabh Bachchan</a> sedang melakukan Yoga Suryanamaskara di film <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mohabbatein" target="_blank">Mohabbatein</a>)</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Suryanamaskar sebenarnya telah lama dipraktikkan di india, penggemarnya semakin banyak dari hari-ke hari. Yoga Namaskar di Indonesia mulanya dilaksanakan oleh beberapa Ashram (pusat pembelajaran Hindu) kemudian merambah ke tempat-tempat lain dan kini telah dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan sekolah-sekolah umum baik SMP maupun SMU. Yoga ini dapat dilaksanakan oleh semua orang, tidak terbatas oleh umur, jenis kelamin atau bahkan oleh agama atau keyakinan yang dianut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pesatnya perkembangan Yoga Suryanamaskara dewasa ini disebabkan oleh kemudahan serta manfaat yang dapat dirasakan oleh pelakunya. latihan yoga ini disebut mudah karena hanya membutuhkan waktu lebih kurang 15 menit setiap kali melaksanakannya, tidak membutuhkan tempat yang luas (sepertihalnya olahraga umum lain), tidak membutuhkan fasilitas yang banyak (<i>ga perlu lapangan, bola, meja, kursi, kartu, dll</i>), dapat dilakukan seorang diri (tanpa perlu bantuan pacar atau pasangan, <i>hehe....</i>) dan beberapa kemudahan lainnya. Dibalik kemudahan itu, sisi menarik lain dari latihan ini adalah manfaat yang akan didapatkan setelah berlatih dengan teratur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Latihan yoga ini adalah suatu teknik yang dapat memperbaiki tubuh dan pikiran serta dapat membantu dalam menyembuhkan beberapa penyakit dan orang yang melaksanakannya akan mendapatkan kesehatan fisik, mental dan spiritual. Dari beberapa sumber ada,latihan Yoga Suryanamaskara dapatmenyembuhkan berbagai penyakit antara lain anemia, stress, kelelahan, sakit pada pembuluh darah, sakit pada persendiaan dan rematik, sakit kepala, asma dan penyakit
paru-paru, gangguan pencernaan, sembelit, tekanan darah rendah,
epilepsi, diabetes, penyakit kulit, kedinginan, ketidakseimbangan sistem
endokrin, masalah menstruasi dan menopause. Bahkan juga diklaim dapat mengobati penyakit yang diakibatkan oleh pikiran seperti gelisah, depresi, sakit
syaraf dan sakit kejiwaan yang bersumber dari gaya hidup modern yang cenderung mengakibatkan tekanan-tekanan mental yang berdampak pada penurunan kondisi tubuh. Hal ini dapat dicapai hanya dengan 12 sikap yoga sederhana (asana) yang dipadukan dengan pranayama dan dilanjutkan dengan meditasi. Beberapa manfaat gerakan surya namaskar yang utama yaitu :<br />
<ol>
<li>Surya namaskar paling baik dilakukan pada pagi hari karena dapat mengatasi kekakuan dan merevitalisasi tubuh serta menyegarkan pikiran. sehingga Anda akan merasa berstamina dalam menjalani aktivitas selama seharian penuh</li>
<li>Selain bermanfaat bagi sendi, ligamen serta memperbaiki postur dan fleksibilitas tubuh, surya namaskar dapat memperbaiki emosi serta kesehatan jiwa. Karena itu, bila berlatih gerakan ini secara teratur, stres akan berkurang dan Anda pun akan merasa damai sehingga mampu berkonsentrasi lebih.</li>
<li>Surya namaskar menstimulasi setiap sistem tubuh, terutama sistem kardiovaskular karena mampu menjaga kesehatan sistem pencernaan dan sistem syaraf</li>
<li>Mampu menjaga fungsi kelenjar endokrinal sperti tiroid, paratiroid, dan kelenjar hipofisi agar bekerja secara normal.</li>
<li>Bila Anda mengalami kesulitan untuk tidur pada malam hari, surya namaskar akan membantu Anda tidur pulas tanpa menggunakan stimulan.</li>
</ol>
Suryanamaskara (berarti penghormatan kepada matahari) dilaksanakan dengan melakukan gerakan-gerakan tubuh yang mencerminkan sebuah penghormatan kepada matahari dan merasakan energinya memasuki setiap sistem di dalam tubuh kita. Gerakannya terdiri dari 12 (dua belas sikap tubuh dalam yoga). Untuk dapat menguasai latihan dengan baik maka kita harus akrab dengan sikap tubuh itu satu persatu sampai akhirnya secara keseluruhan. Barulah kemudian menyelaraskannya dengan nafas di tingkat lanjutannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara demikian dulu sekilas tentang Suryanamaskar, lain kali disambung dengan pembahasan lebih lanjut mengenai sikap-sikap dalam Yoga Suryanamaskara.</div>
Radha Laksmihttp://www.blogger.com/profile/02510682845957514361noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2906194263185489707.post-57128435157952800852012-08-29T23:37:00.001-07:002012-11-03T14:11:44.322-07:00 Awatara (Sanskerta : अवतार, avatāra)<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang Awatara adalah seorang inkarnasi Tuhan. Ketika Tuhan turun ke bumi dalam suatu bentuk hidup apapun, maka</div>
<div style="text-align: justify;">
kita menyebut itu Awatara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
APAKAH TUJUAN DARI AWATARA ITU?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Bagawad Gita ditulis, "Bilamana ada kerusakan dharma (kebenaran) dan kejayaan Adharma (ketidak-benaran),</div>
<div style="text-align: justify;">
aku datang ke dunia untuk melindungi kebaikan, untuk menghancurkan kejahatan dan menegakkan kembali Dharma.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku lahir dari zaman ke zaman."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepuluh Awatara / utusan Tuhan sebagai pemelihara alam yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA-0IdM78G6K2cWwWxdpEw3McIsdPxmqpqL7jHgbhBn_zbOkQulpibblErWanSS6UvgMNXXg5pqZ_Y284eoCFBxDYJFRN2iJlN94HdWc7-qkGGoL2TQNhyphenhyphenzArNXEMz8dZkBff3dKll0u3o/s1600/275px-Matsya.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA-0IdM78G6K2cWwWxdpEw3McIsdPxmqpqL7jHgbhBn_zbOkQulpibblErWanSS6UvgMNXXg5pqZ_Y284eoCFBxDYJFRN2iJlN94HdWc7-qkGGoL2TQNhyphenhyphenzArNXEMz8dZkBff3dKll0u3o/s200/275px-Matsya.jpg" width="146" /></a><span style="font-size: large;"> M</span>atsya Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai Ikan yang besar
yang menyelamatkan manusia pertama dari tenggelam saat dunia dilanda
banjir yang maha besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam kitab Matsyapurana diceritakan, pada
suatu hari, saat Raja Satyabrata (yang lebih dikenal sebagai Waiwaswata
Manu) mencuci tangan di sungai, seekor ikan kecil menghampiri tangannya
dan sang raja tahu bahwa ikan itu meminta perlindungan. Akhirnya beliau
memelihara ikan tersebut. Ia menyiapkan kolam kecil sebagai tempat
tinggal ikan tersebut. Namun lambat laun ikan tersebut bertambah besar,
hampir memenuhi seluruh kolam. Akhirnya beliau memindahkan ikan tersebut
ke kolam yang lebih besar. Kejadian tersebut terus terjadi
berulang-ulang sampai akhirnya beliau sadar bahwa ikan yang ia pelihara
bukanlah ikan biasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a>Akhirnya melalui upacara, diketahuilah bahwa
ikan tersebut merupakan penjelmaan Dewa Wisnu. Ikan itu sendiri
menyampaikan kabar bahwa di bumi akan terjadi bencana air bah yang
sangat hebat selama tujuh hari. Ikan itu berpesan agar sang raja membuat
sebuah bahtera besar untuk menyelamatkan diri dari banjir besar, dan
mengisi bahtera tersebut dengan berbagai makhluk hidup yang setiap
jenisnya berjumlah sepasang (betina dan jantan), serta membawa
obat-obatan, makanan, dan bibit segala macam tumbuhan. Ikan tersebut
juga menambahkan bahwa setelah banjir besar tiba, diharapkan agar
Saptaresi (tujuh nabi) dibawa serta dan bahtera tersebut diikat ke
tanduk sang ikan dengan naga Basuki sebagai talinya. Setelah
menyampaikan seluruh pesan, ikan ajaib tersebut menghilang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seratus
tahun kemudian, kekeringan yang hebat melanda bumi. Banyak makhluk yang
mati kelaparan. Kemudian, langit dipenuhi oleh tujuh macam awan yang
dengan hebatnya mencurahkan hujan lebat. Dengan cepat, air yang
dicurahkan menutupi daratan di bumi. Oleh karena Waiwaswata Manu sudah
membuat bahtera sesuai dengan petunjuk yang disampaikan awatara Wisnu,
maka ia beserta pengikutnya selamat dari bencana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBex-vnua6JtWb9fNVnljLaEjFx3IfFA09lusM3HWVm-O262Pld3YN6PH2AxobFcTL_yogTqEfuN4POnf_Yp-rK_odVnSS85-yznJ-lLNO-t3ZGqqBB0dcQAAZ-2bZi0pL-de-guN2suo5/s1600/kurma.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBex-vnua6JtWb9fNVnljLaEjFx3IfFA09lusM3HWVm-O262Pld3YN6PH2AxobFcTL_yogTqEfuN4POnf_Yp-rK_odVnSS85-yznJ-lLNO-t3ZGqqBB0dcQAAZ-2bZi0pL-de-guN2suo5/s200/kurma.jpg" width="186" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">K</span>urma
Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai kura-kura besar yang menumpu
dunia agar selamat dari bahaya terbenam saat pemutaran Gunung Mandara di
Lautan Susu (Kesire Arnawa) oleh para Dewa untuk mencari Tirta Amertha
(Air suci kehidupan)</div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah tentang Kurma Awatara muncul dari kisah pemutaran Mandaragiri yang terdapat dalam Kitab Adiparwa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemutaran Mandaragiri</div>
<div style="text-align: justify;">
Dikisahkan
pada zaman Satyayuga, para Dewa dan asura (rakshasa) bersidang di
puncak gunung Mahameru untuk mencari cara mendapatkan tirta amerta,
yaitu air suci yang dapat membuat hidup menjadi abadi. Sang Hyang
Nārāyana (Wisnu) bersabda, "Kalau kalian menghendaki tirta amerta
tersebut, aduklah lautan Ksera (Kserasagara), sebab dalam lautan
tersebut terdapat tirta amerta. Maka dari itu, kerjakanlah!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah
mendengar perintah Sang Hyang Nārāyana, berangkatlah para Dewa dan asura
pergi ke laut Ksera. Terdapat sebuah gunung bernama Gunung Mandara
(Mandaragiri) di Sangka Dwipa (Pulau Sangka), tingginya sebelas ribu
yojana. Gunung tersebut dicabut oleh Sang Anantabhoga beserta segala
isinya. Setelah mendapat izin dari Dewa Samudera, gunung Mandara
dijatuhkan di laut Ksira sebagai tongkat pengaduk lautan tersebut.
Seekor kura-kura (kurma) raksasa bernama Akupa yang konon katanya
sebagai penjelmaan Wisnu, menjadi dasar pangkal gunung tersebut. Ia
disuruh menahan gunung Mandara supaya tidak tenggelam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Naga Basuki
dipergunakan sebagai tali, membelit lereng gunung tersebut. Dewa Indra
menduduki puncaknya, suapaya gunung tersebut tidak melambung ke atas.
Setelah siap, para Dewa, rakshasa dan asura mulai memutar gunung Mandara
dengan menggunakan Naga Basuki sebagai tali. Para Dewa memegang ekornya
sedangkan para asura dan rakshasa memegang kepalanya. Mereka berjuang
dengan hebatnya demi mendapatkan tirta amerta sehingga laut bergemuruh.
Gunung Mandara menyala, Naga Basuki menyemburkan bisa membuat pihak
asura dan rakshasa kepanasan. Lalu Dewa Indra memanggil awan mendung
yang kemudian mengguyur para asura dan rakshasa. Lemak segala binatang
di gunung Mandara beserta minyak kayu hutannya membuat lautan Ksira
mengental, pemutaran Gunung Mandara pun makin diperhebat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhasil dari pemutaran Gunung Mandara Giri itu muncullah berbagai dewa-dewi,
binatang, dan harta karun seperti : Sura (Dewi yang menciptakan minuman anggur), Apsara (kaum bidadari kahyangan), Kostub (permata yang paling berharga di dunia), Uccaihsrawa (kuda para Dewa), Kalpawreksa (pohon yang dapat mengabulkan keinginan), Kamadhenu (sapi pertama dan ibu dari segala sapi), Airawata (kendaraan Dewa Indra), Laksmi (Dewi keberuntungan dan kemakmuran) dan terakhir
keluarlah Dhanwantari membawa kendi berisi tirta amerta. Karena para
Dewa sudah banyak mendapat bagian sementara para asura dan rakshasa
tidak mendapat bagian sedikit pun, maka para asura dan rakshasa ingin
agar tirta amerta menjadi milik mereka. Akhirnya tirta amerta berada di
pihak para asura dan rakshasa dan Gunung Mandara dikembalikan ke tempat
asalnya, Sangka Dwipa. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat cerita terjadilah perebutan tirta amerta antara para asura dan rakshasa dan dimenangkan oleh pihak asura dan tirtha amerta berada di tangan para dewa. Para
Dewa kemudian terbang ke Wisnuloka, kediaman Dewa Wisnu, dan di sana
mereka meminum tirta amerta sehingga hidup abadi. Seorang rakshasa yang
merupakan anak Sang Wipracitti dengan Sang Singhika mengetahui hal itu,
kemudian ia mengubah wujudnya menjadi Dewa dan turut serta meminum tirta
amerta. Hal tersebut diketahui oleh Dewa Aditya dan Chandra, yang
kemudian melaporkannya kepada Dewa Wisnu. Dewa Wisnu kemudian
mengeluarkan senjata chakranya dan memenggal leher sang rakshasa, tepat
ketika tirta amerta sudah mencapai tenggorokannya. Badan sang rakshasa
mati, namun kepalanya masih hidup karena tirta amerta sudah menyentuh
tenggorokannya. Sang rakshasa marah kepada Dewa Aditya dan Chandra, dan
bersumpah akan memakan mereka pada pertengahan bulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicbyZGdB3-uWO6IyhyphenhyphenKm6TxQ9nU83Rx4SBzsJ-er5bLDDxsWEMSR9bny-XpM1Dvh7WQpmRzxDlxHrlh1jMlG7q3xL9Es8-G0VHHt76IWVlpOVfswrylb7AB4p7hYVwhAvQUet3mI6zjFjm/s1600/Varaaha+avatar.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicbyZGdB3-uWO6IyhyphenhyphenKm6TxQ9nU83Rx4SBzsJ-er5bLDDxsWEMSR9bny-XpM1Dvh7WQpmRzxDlxHrlh1jMlG7q3xL9Es8-G0VHHt76IWVlpOVfswrylb7AB4p7hYVwhAvQUet3mI6zjFjm/s200/Varaaha+avatar.jpg" width="169" /></a><span style="font-size: x-large;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">W</span>araha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Badak Agung yang mengait dunia kembali agar selamat dari bahaya tenggelam. Menurut
mitologi Hindu, pada zaman Satyayuga (zaman kebenaran), ada seorang
raksasa bernama Hiranyaksa, adik raksasa Hiranyakasipu. Keduanya
merupakan kaum Detya (raksasa). Hiranyaksa hendak menenggelamkan Pertiwi
(planet bumi) ke dalam "lautan kosmik," suatu tempat antah berantah di
ruang angkasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat dunia akan mengalami kiamat, Wisnu menjelma
menjadi babi hutan yang memiliki dua taring panjang mencuat dengan
tujuan menopang bumi yang dijatuhkan oleh Hiranyaksa. Usaha penyelamatan
yang dilakukan Waraha tidak berlangsung lancar karena dihadang oleh
Hiranyaksa. Maka terjadilah pertempuran sengit antara raksasa Hiranyaksa
melawan Dewa Wisnu. Konon pertarungan ini terjadi ribuan tahun yang
lalu dan memakan waktu ribuan tahun pula. Pada akhirnya, Dewa Wisnu yang
menang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Beliau memenangkan pertarungan, Beliau mengangkat
bumi yang bulat seperti bola dengan dua taringnya yang panjang mencuat,
dari lautan kosmik, dan meletakkan kembali bumi pada orbitnya. Setelah
itu, Dewa Wisnu menikahi Dewi Pertiwi dalam wujud awatara tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Waraha
Awatara dilukiskan sebagai babi hutan yang membawa planet bumi dengan
kedua taringnya dan meletakkannya di atas hidung, di depan mata.
Kadangkala dilukiskan sebagai manusia berkepala babi hutan, dengan dua
taring menyangga bola dunia, bertangan empat, masing-masing membawa:
cakra, terompet dari kulit kerang (sangkakala), teratai, dan gada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuQnCH4F9APTvWIOXfLlt_a90X4PHC6xyii2agoOqp90xEw2ONKnXgxyakNtlPIfubpfHSBDvs32S7BVGVqUtVxn8EwUKuFwaQwH-zxB0hupUj2P6RC-H9hNy8cg2lMX_xcPwbyCWaXaIN/s1600/nara+singa.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="118" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuQnCH4F9APTvWIOXfLlt_a90X4PHC6xyii2agoOqp90xEw2ONKnXgxyakNtlPIfubpfHSBDvs32S7BVGVqUtVxn8EwUKuFwaQwH-zxB0hupUj2P6RC-H9hNy8cg2lMX_xcPwbyCWaXaIN/s200/nara+singa.png" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">N</span>ara Simbha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai manusia berkepala
singa (Simbha/Sima) yang membasmi kekejaman Raja Hyrania Kasipu yang
sangat lalim dan menindas Adharma</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut kitab Purana, pada
menjelang akhir zaman Satyayuga (zaman kebenaran), seorang raja asura
(raksasa) yang bernama Hiranyakasipu membenci segala sesuatu yang
berhubungan dengan Wisnu, dan dia tidak senang apabila di kerajaannya
ada orang yang memuja Wisnu. Sebab bertahun-tahun yang lalu, adiknya
yang bernama Hiranyaksa dibunuh oleh Waraha, awatara Wisnu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Agar
menjadi sakti, ia melakukan tapa yang sangat berat, dan hanya memusatkan
pikirannya pada Dewa Brahma. Setelah Brahma berkenan untuk muncul dan mengabulkannya. Narasinga datang untuk menyelamatkan Prahlada dari amukan
ayahnya, sekaligus membunuh Hiranyakasipu. Namun, atas anugerah dari
Brahma, Hiranyakasipu tidak bisa mati apabila tidak dibunuh pada waktu,
tempat dan kondisi yang tepat. Agar berkah dari Dewa Brahma tidak
berlaku, ia memilih wujud sebagai manusia berkepala singa untuk membunuh
Hiranyakasipu. Ia juga memilih waktu dan tempat yang tepat. Akhirnya,
berkah dari Dewa Brahma tidak berlaku. Narasinga berhasil merobek-robek
perut Hiranyakasipu. Akhirnya Hiranyakasipu berhasil dibunuh oleh
Narasinga, karena ia dibunuh bukan oleh manusia, binatang, atau dewa. Ia
dibunuh bukan pada saat pagi, siang, atau malam, tapi senja hari. Ia
dibunuh bukan di luar atau di dalam rumah. Ia dibunuh bukan di darat,
air, api, atau udara, tapi di pangkuan Narasinga. Ia dibunuh bukan
dengan senjata, melainkan dengan kuku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Makna dari cerita</div>
<div style="text-align: justify;">
• Narasinga memberi contoh bahwa Tuhan itu ada dimana-mana</div>
<div style="text-align: justify;">
•
Rasa bakti yang tulus dari Prahlada menunjukkan bahwa sikap seseorang
bukan ditentukan dari golongannya, ataupun bukan karena berasal dari
keturunan yang jelek, melainkan dari sifatnya. Meskipun Prahlada seorang
keturunan Asura, namun ia juga seorang penyembah Wisnu yang taat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Membunuh
Hiranyakasipu dengan mengambil wujud sebagai Narasinga merupakan salah
satu cara menghukum yang paling sadis dari Dewa Wisnu. Di India,
Narasinga sangat terkenal. Dalam festival tradisional India, kisah ini
berhubungan dengan perayaan Holi, salah satu perayaan terpenting di
India. Dari sinilah Narasimha menjadi terkenal. Di India Selatan,
Narasinga sering dituangkan ke dalam bentuk seni pahatan dan lukisan.
Narasinga merupakan awatara yang paling terkenal setelah Rama dan
Kresna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzXxUe-UofON19PjdWCszL1thg5zpUlL5XX4t3hJuVaBmfnIAyesFjdNJs_dcNUUlZmsogMV5TCquJ7ZrSqdBUOHFHqt5zSfnsqu-hPDpNT8DDw9wxCGTHdP6y3kfc4Ko4u6ODBygTjWl4/s1600/Vamanadeva.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzXxUe-UofON19PjdWCszL1thg5zpUlL5XX4t3hJuVaBmfnIAyesFjdNJs_dcNUUlZmsogMV5TCquJ7ZrSqdBUOHFHqt5zSfnsqu-hPDpNT8DDw9wxCGTHdP6y3kfc4Ko4u6ODBygTjWl4/s200/Vamanadeva.jpg" width="150" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">W</span>amana Awatara yaitu Hyang Widhi turun kedunia sebagai
orang kerdil berpengetahuan tinggi dan mulia dalam mengalahkan Maha
Raja Bali yang sombong dan ingin menguasai dunia serta menginjak-injak
Dharma.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam agama Hindu, Wamana (Devanagari: वामन ; Vāmana) adalah
awatara Wisnu yang kelima, turun pada masa Tretayuga, sebagai putra
Aditi dan Kasyapa, seorang Brahmana. Ia (Wisnu) turun ke dunia guna
menegakkan kebenaran dan memberi pelajaran kepada raja Bali (Mahabali),
seorang Asura, cucu dari Prahlada. Raja Bali telah merebut surga dari
kekuasaan Dewa Indra, karena itu Wisnu turun tangan dan menjelma ke
dunia, memberi hukuman pada Raja Bali. Wamana awatara dilukiskan sebagai
Brahmana dengan raga anak kecil yang membawa payung. Wamana Awatara
merupakan penjelmaan pertama Dewa Wisnu yang mengambil bentuk manusia
lengkap, meskipun berwujud Brahmana mungil. Wamana kadang-kadang dikenal
juga dengan sebutan "Upendra."</div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah Wamana Awatara dimuat dalam
kitab Bhagawatapurana. Menurut cerita dalam kitab, Wamana sebagai
Brahmana cilik datang ke istana Raja Bali karena pada saat itu Raja Bali
mengundang seluruh Brahmana untuk diberikan hadiah. Ia sudah dinasehati
oleh Sukracarya agar tidak memberikan hadiah apapun kepada Brahmana
yang aneh dan lain daripada biasanya. Pada waktu pemberian hadiah,
seorang Brahmana kecil muncul di antara Brahmana-Brahmana yang sudah
tua-tua. Brahmana tersebut juga akan diberi hadiah oleh Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Brahmana
kecil itu meminta tanah seluas tiga jengkal yang diukur dengan langkah
kakinya. Raja Bali pun takabur dan melupakan nasihat Sukracarya. Ia
menyuruh Brahmana kecil itu melangkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada waktu itu juga, Brahmana
tersebut membesar dan terus membesar. Dengan ukurannya yang sangat
besar, ia mampu melangkah di surga dan bumi sekaligus. Pada langkah yang
pertama, ia menginjak surga. Pada langkah yang kedua, ia menginjak
bumi. Pada langkah yang ketiga, karena tidak ada lahan untuknya
berpijak, maka Bali menyerahkan kepalanya. Sejak itu, tamatlah kekuasaan
Bali. Karena terkesan dengan kedermawanan Bali, Wamana memberinya gelar
Mahabali. Ia juga berjanji bahwa kelak Bali akan menjadi Indra pada
Manwantara berikutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPV93WNZVwrl8SO8sMrj0sQLQI7flgb-gXbJ1KRmFt1QaIzizIl53jkS5zoqT0TJMPzLbr2VXB0xx9bA65iq1mIAUHBVcqECYtztVUUBSt3RXXzDzBwV6R57Roo9oGbnrvIEnfB7gC-Nfp/s1600/PARASURAMA_AVATAR_by_VISHNU108.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPV93WNZVwrl8SO8sMrj0sQLQI7flgb-gXbJ1KRmFt1QaIzizIl53jkS5zoqT0TJMPzLbr2VXB0xx9bA65iq1mIAUHBVcqECYtztVUUBSt3RXXzDzBwV6R57Roo9oGbnrvIEnfB7gC-Nfp/s200/PARASURAMA_AVATAR_by_VISHNU108.gif" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">P</span>aracu Rama Awatara yaitu Hyang Widhi
turun kedunia sebagai Rama Parasu yaitu Rama bersenjatakan Kapak yang
membasmi para ksatrya yang menyeleweng dari ajaran Dharma. Rama pun terkenal dengan julukan Parasurama karena
selalu membawa kapak sebagai senjatanya. Selain itu, Parasurama juga
memiliki senjata lain berupa busur panah yang besar luar biasa. Lukisan Parasurama yang sedang memotong seribu lengan Raja Arjuna </div>
<div style="text-align: justify;">
Pada zaman kehidupan Parasurama, ketenteraman dunia dikacaukan oleh ulah kaum kesatria yang gemar berperang satu sama lain. Parasurama pun bangkit menumpas
mereka, yang seharusnya berperan sebagai pelindung kaum lemah. Tidak
terhitung banyaknya kesatria, baik itu raja ataupun pangeran, yang tewas
terkena kapak dan panah milik Rama putra Jamadagni. Konon Parasurama
bertekad untuk menumpas habis seluruh kesatria dari muka bumi. Ia bahkan
dikisahkan telah mengelilingi dunia sampai tiga kali. Setelah merasa
cukup, Parasurama pun mengadakan upacara pengorbanan suci di suatu
tempat bernama Samantapancaka. Kelak pada zaman berikutnya, tempat
tersebut terkenal dengan nama Kurukshetra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqcU-Ee3DrE28cNOpYQbwUZaORxOh6RJv8zMT2vyPyf0QmO-dqChtTP33BAVo8rhfbtExgkXVE7vdS_Ue_YyP6NARoYU7ju46oUt6nZGgrBHTxDURmLnCTCnyL1KBChmjtByJRYqr5HQ0a/s1600/lord_rama1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqcU-Ee3DrE28cNOpYQbwUZaORxOh6RJv8zMT2vyPyf0QmO-dqChtTP33BAVo8rhfbtExgkXVE7vdS_Ue_YyP6NARoYU7ju46oUt6nZGgrBHTxDURmLnCTCnyL1KBChmjtByJRYqr5HQ0a/s200/lord_rama1.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">R</span>ama Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai Sang Rama putra raja Dasa
Rata dari Ayodya untuk menghanncurkan kejahatan dan kelaliman yang
ditimbulkan oleh Raksasa Rahwana dari negara Alengka. Dalam agama
Hindu, Rama (Sanskerta: राम; Rāma) atau Ramacandra (Sansekerta:
रामचन्द्र; Rāmacandra) adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari
India yang konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya
atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota
Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang
ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah
kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno
yang disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara.
Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan
Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya
"Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan
beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Rama memiliki anak
kembar, yaitu Kusa dan Lawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Asal-usul nama "Rama"</div>
<div style="text-align: justify;">
Rāmá dalam
kitab Regweda dan Atharwaweda adalah kata sifat yang berarti "gelap,
hitam", atau kata benda yang berarti "kegelapan", bentuk feminim dari
kata sifat tersebut adalah rāmī. Dalam Wisnu sahasranama, Rama adalah nama lain Wisnu yang
ke-394. Dalam interpretasi dari komentar Adi Sankara, yang diterjemahkan
oleh Swami Tapasyananda dari Misi Ramakrishna, Rama memiliki dua
pengertian: 1) Brahman yang maha kuasa yang menganugerahkan para yogi;
2) Ia (Wisnu) yang meninggalkan kahyangan untuk menitis kepada Rama,
putera Dasarata.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ayah
Rama adalah Raja Dasarata dari Ayodhya, sedangkan ibunya adalah
Kosalya. Dalam Ramayana diceritakan bahwa Raja Dasarata yang merindukan
putera mengadakan upacara bagi para dewa, upacara yang disebut Putrakama
Yadnya. Upacaranya diterima oleh para Dewa dan utusan mereka memberikan
sebuah air suci agar diminum oleh setiap permaisurinya. Atas anugerah
tersebut, ketiga permaisuri Raja Dasarata melahirkan putera. Yang tertua
bernama Rama, lahir dari Kosalya. Yang kedua adalah Bharata, lahir dari
Kekayi, dan yang terakhir adalah Laksmana dan Satrugna, lahir dari
Sumitra. Keempat pangeran tersebut tumbuh menjadi putera yang
gagah-gagah dan terampil memainkan senjata di bawah bimbingan Resi
Wasista</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Cerita hidup Rama tertuang dalam epos Ramayana yang merupakan salah satu bagian dari Itihasa yang diyakini oleh umat hindu dan merupakan sebuah epos yang menginspirasi masyarakat secara luas. Banyak terkandung nilai-nilai luhur yang tersirat dalam cerita tersebut. Ada baiknya kita menonton atau setidaknya membaca kisah ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmi5e-n32uQoCY5XdFPstT02zLfoi3yaahIQ6yFYIvGgLIH-RxMJoYonMAn6S_LQLatComm9G0yKo8AM_i4w_IQ9nBL-Q0tbBysgyyrOcPtGFDeFnSJXdDug3zjOAMv5uo7AgHwhWCuYBU/s1600/Krisna.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmi5e-n32uQoCY5XdFPstT02zLfoi3yaahIQ6yFYIvGgLIH-RxMJoYonMAn6S_LQLatComm9G0yKo8AM_i4w_IQ9nBL-Q0tbBysgyyrOcPtGFDeFnSJXdDug3zjOAMv5uo7AgHwhWCuYBU/s200/Krisna.jpg" width="155" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">K</span>risna Awatara yaitu Hyang Widhi turun
sebagai Sri Krisna raja Dwarawati untuk membasmi raja Kangsa, Jarasanda
dan membantu Pandawa untuk menegakkan keadilan dengan membasmi Kurawa
yang menginjak-injak Dharma..</div>
<div style="text-align: justify;">
Kresna atau Krishna (Dewanagari: कृष्ण;
dilafalkan kṛṣṇa menurut IAST; dilafalkan 'kɹ̩ʂ.nə dalam bahasa
Sanskerta) adalah salah satu Dewa yang banyak dipuja oleh umat Hindu
karena dianggap merupakan aspek dari Brahman.[1] Ia disebut pula
Nārāyana, yaitu sebutan yang merujuk kepada perwujudan Dewa Wisnu yang
berlengan empat di Waikuntha. Ia biasanya digambarkan sebagai sosok
pengembala muda yang memainkan seruling (seperti misalnya dalam
Bhagawatapurana) atau pangeran muda yang memberikan tuntunan filosofis
(seperti dalam Bhagawadgita). Dalam Agama Hindu pada umumnya, Kresna
dipuja sebagai awatara Wisnu yang kedelapan, dan dianggap sebagai Dewa
yang paling hebat dalam perguruan Waisnawa. Dalam tradisi Gaudiya
Waisnawa, Kresna dipuja sebagai sumber dari segala awatara (termasuk
Wisnu).[2]</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut kitab Mahabharata, Kresna berasal dari Kerajaan
Surasena, namun kemudian ia mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama
Dwaraka. Dalam wiracarita Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh raja
yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Dalam kitab Bhagawadgita, ia
adalah perantara kepribadian Brahman yang menjabarkan ajaran kebenaran
mutlak (dharma) kepada Arjuna. Ia mampu menampakkan secercah
kemahakuasaan Tuhan yang hanya disaksikan oleh tiga orang pada waktu
perang keluarga Bharata akan berlangsung. Ketiga orang tersebut adalah
Arjuna, Sanjaya, dan Byasa. Namun Sanjaya dan Byasa tidak melihat secara
langsung, melainkan melalui mata batin mereka yang menyaksikan perang
Bharatayuddha.</div>
<div style="text-align: justify;">
Asal usul nama "Krishna"</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam bahasa Sanskerta,
kata Krishna berarti "hitam" atau "gelap", dan kata ini umum digunakan
untuk menunjukkan pada orang yang berkulit gelap. Dalam Brahma Samhita
dijabarkan bahwa Krishna memiliki warna kulit gelap bersemu biru
langit.[3] Dan umumnya divisualkan berkulit gelap atau biru pekat.
Sebagai Contoh, di Kuil Jaganatha, di Puri, Orissa, India (nama
Jaganatha, adalah nama yang ditujukan bagi Kresna sebagai penguasa jagat
raya) di gambarkan memiliki kulit gelap berdampingan dengan saudaranya
Baladewa dan Subadra yang berkulit cerah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kehidupan Sang Kresna</div>
<div style="text-align: justify;">
Ikthisar
kehidupan Sri Kresna di bawah ini diambil dari Mahabharata, Hariwangsa,
Bhagawatapurana, dan Wisnupurana. Lokasi dimana Kresna diceritakan
adalah India Utara, yang mana sekarang merupakan wilayah negara bagian
Uttar Pradesh, Bihar, Haryana, Delhi, dan Gujarat. Kutipan pada
permulaan dan akhir cerita merupakan teologi yang tergantung pada sudut
pandang cerita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penitisan</div>
<div style="text-align: justify;">
Kutipan di bawah ini menjelaskan alasan mengapa Wisnu menjelma. Dalam sebuah kalimat dalam Bhagawatapurana:</div>
<div style="text-align: justify;">
“
Dewa Brahma memberitahu para Dewa: Sebelum kami menyampaikan permohonan
kepada Beliau, Beliau sudah sadar terhadap kesengsaraan di muka bumi.
Maka dari itu, selama Beliau turun ke bumi demi menuntaskan kewajiban
dengan memakai kekuatan-Nya sendiri sebagai sang waktu, wahai kalian
para Dewa semuanya akan mendapat bagian untuk menjelma sebagai para
putera dan cucu dari keluarga Wangsa Yadu.</div>
<div style="text-align: justify;">
”</div>
<div style="text-align: justify;">
Kitab Mahabharata
yang pertama (Adiparwa, bagian Adiwansawatarana) memberikan alasan yang
serupa, meskipun dengan perbedaan yang kecil dalam bagian-bagiannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kelahiran</div>
<div style="text-align: justify;">
Kepercayaan
tradisional yang berdasarkan data-data dalam sastra dan perhitungan
astronomi mengatakan bahwa Sri Kresna lahir pada tanggal 19 Juli tahun
3228 SM.[5]</div>
<div style="text-align: justify;">
Kresna berasal dari keluarga bangsawan di Mathura, dan
merupakan putera kedelapan yang lahir dari puteri Dewaki, dan suaminya
Basudewa. Mathura adalah ibukota dari wangsa yang memiliki hubungan
dekat seperti Wresni, Andhaka, dan Bhoja. Mereka biasanya dikenali
sebagai Yadawa karena nenek moyang mereka adalah Yadu, dan kadang-kadang
dikenal sebagai Surasena setelah adanya leluhur terkemuka yang lain.
Basudewa dan Dewaki termasuk ke dalam wangsa tersebut. Raja Kamsa, kakak
Dewaki, mewarisi tahta setelah menjebloskan ayahnya ke penjara, yaitu
Raja Ugrasena. Karena takut terhadap ramalan yang mengatakan bahwa ia
akan mati di tangan salah satu putera Dewaki, maka ia menjebloskan
pasangan tersebut ke penjara dan berencana akan membunuh semua putera
Dewaki yang baru lahir. Setelah enam putera pertamanya terbunuh, dan
Dewaki kehilangan putera ketujuhnya, lahirlah Kresna. Karena hidupnya
terancam bahaya maka ia diselundupkan keluar dan dirawat oleh orangtua
tiri bernama Yasoda dan Nanda di Gokula, Mahavana. Dua anaknya yang lain
juga selamat yaitu, Baladewa alias Balarama (putera ketujuh Dewaki,
dipindahkan ke janin Rohini, istri pertama Basudewa) dan Subadra (putera
dari Basudewa dan Rohini yang lahir setelah Baladewa dan Kresna).</div>
<div style="text-align: justify;">
Tempat
yang dipercaya oleh para pemujanya untuk memperingati hari kelahiran
Kresna kini dikenal sebagai Krishnajanmabhumi, dimana sebuah kuil
didirikan untuk memberi penghormatan kepadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut
beberapa sastra, Kresna memiliki 16.108 istri, delapan orang di
antaranya merupakan istri terkemuka, termasuk di antaranya Radha,
Rukmini, Satyabama, dan Jambawati. Sebelumnya 16.000 istri Kresna yang
lain ditawan oleh Narakasura, sampai akhirnya Kresna membunuh Narakasura
dan membebaskan mereka semua. Menurut adat yang keras pada waktu itu,
seluruh wanita tawanan tidak layak untuk menikah sebagaimana mereka
masih di bawah kekuasaan Narakasura, namun Kresna dengan gembira
menyambut mereka sebagai puteri bangsawan di kerajaannya. Dalam tradisi
Waisnawa, para istri Kresna di Dwarka dipercaya sebagai penitisan dari
berbagai wujud Dewi Laksmi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bharatayuddha dan Bhagawad Gita</div>
<div style="text-align: justify;">
Kresna
merupakan saudara sepupu dari kedua belah pihak dalam perang antara
Pandawa dan Korawa. Ia menawarkan mereka untuk memilih pasukannya atau
dirinya. Para Korawa mengambil pasukannya sedangkan dirinya bersama para
Pandawa. Ia pun sudi untuk menjadi kusir kereta Arjuna dalam
pertempuran akbar. Bhagawadgita merupakan wejangan yang diberikan kepada
Arjuna oleh Kresna sebelum pertempuran dimulai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kehidupan di kemudian hari</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah
perang, Kresna tinggal di Dwaraka selama 36 tahun. Kemudian pada suatu
perayaan, pertempuran meletus di antara para kesatria Wangsa Yadawa yang
saling memusnahkan satu sama lain. Lalu kakak Kresna – Baladewa –
melepaskan raga dengan cara melakukan Yoga. Kresna berhenti menjadi raja
kemudian pergi ke hutan dan duduk di bawah pohon melakukan meditasi.
Seorang pemburu yang keliru melihat sebagian kaki Kresna seperti rusa
kemudian menembakkan panahnya dan menyebabkan Kresna mencapai keabadian.
Menurut Mahabharata, kematian Kresna disebabkan oleh kutukan Gandari.
Kemarahannya setelah menyaksikan kematian putera-puteranya
menyebabkannya mengucapkan kutukan, karena Kresna tidak mampu
menghentikan peperangan. Setelah mendengar kutukan tersebut, Kresna
tersenyum dan menerima itu semua, dan menjelaskan bahwa kewajibannya
adalah bertempur di pihak yang benar, bukan mencegah peperangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut
referensi dari Bhagawatapurana dan Bhagawad Gita, ditafsirkan bahwa
Kresna wafat sekitar tahun 3100 SM.[6] Ini berdasarkan deskripsi bahwa
Kresna meninggalkan Dwarka 36 tahun setelah peperangan dalam Mahabharata
terjadi. Matsyapurana mengatakan bahwa Kresna berusia 89 tahun saat
perang berkecamuk. Setelah itu Pandawa memerintah selama 36 tahun, dan
pemerintahan mereka terjadi saat permulaan zaman Kaliyuga. Selanjutnya
dikatakan bahwa Kaliyuga dimulai saat Duryodana dijatuhkan ke tanah oleh
Bima berarti tahun 2007 sama dengan tahun 5108 (atau semacam itu)
semenjak Kaliyuga.[7]</div>
<div style="text-align: justify;">
Hubungan keluarga</div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah Kresna adalah Prabu
Basudewa, yang merupakan saudara lelaki (kakak) dari Kunti atau Partha,
istri Pandu yang merupakan ibu para Pandawa, sehingga Kresna bersaudara
sepupu dengan para Pandawa. Saudara misan Kresna yang lain bernama
Sisupala, putera dari Srutadewa alias Srutasrawas, adik Basudewa.
Sisupala merupakan musuh bebuyutan Kresna yang kemudian dibunuh pada
saat upacara akbar yang diselenggarakan Yudistira.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGudr68ILFeklbGV84TKS9ulxrhhN48iS1xfSTfWTVJk00pdD9R8ROxrUV3GIq23DgrYrUtDvBU6pX_1_2JkLvIVn4aCiQ4y2zElq-vOt2ddrGNYT-fOQy1-7bDfhrSNV9Ki8duKi3_bv1/s1600/budha.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGudr68ILFeklbGV84TKS9ulxrhhN48iS1xfSTfWTVJk00pdD9R8ROxrUV3GIq23DgrYrUtDvBU6pX_1_2JkLvIVn4aCiQ4y2zElq-vOt2ddrGNYT-fOQy1-7bDfhrSNV9Ki8duKi3_bv1/s200/budha.jpg" width="155" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Budha Awatara yaitu Hyang Widhi turun sebagai putra raja Sododana di
Kapilawastu India dengan nama Sidharta Gautama yang berarti telah
mencapai kesadaran yang sempurna. Budha Gautama menyebarkan ajaran Budha
dengan tujuan untuk menuntun umat manusia mencapai kesadaran,
penerangan yang sempurna atau Nirwana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam agama Hindu, Gautama
Buddha muncul dalam kitab Purana (Susastra Hindu) sebagai Awatara
kesembilan dari Dasa awatara Dewa Wisnu. Dalam Bhagavata Purana, beliau
disebut sebagai Awatara kedua puluh empat dari dua puluh lima awatara
Wisnu. Kata Buddha berarti "Dia yang mendapat pencerahan". Buddha
Awatara terlahir sebagai putera mahkota Raja Suddhodana di sebuah
kerajaan Hindu bernama Kapilawastu di India Utara (sekarang merupakan
wilayah kerajaan Nepal) dengan nama Siddharta Gautama yang berarti "Dia
yang mencapai segala hasratnya".</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun ajaran Siddhartha Gautama
tidak menekankan keberadaan "Tuhan sang Pencipta" [1] dan
konsekuenskinya, agama Buddha termasuk bagian dari salah satu mazhab
nāstika (heterodoks, harafiah "Itu tidak ada") menurut mazhab-mazhab
agama Dharma lainnya, seperti Dvaita. Namun beberapa mazhab lainnya,
seperti Advaita, sangat mirip dengan ajaran Buddhisme, baik bentuk
maupun filsafatnya.[2]</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut kepercayaan Hindu populer, pada zaman
Kaliyuga, masyarakat menjadi bodoh akan nilai-nilai rohani dan
kehidupan. Ada suatu kepercayaan bahwa pada kedatangan Sang Buddha,
banyak brahmana di India yang menyalahgunakan upacara Weda demi kepuasan
nafsunya sendiri, dan melakukan pengorbanan binatang yang sia-sia dan
tiada berguna. Maka dari itu, Buddha muncul sebagai seorang awatara
untuk memulihkan keseimbangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gautama Buddha lahir sebagai Pangeran
Siddhartha Gautama, putra Raja Suddhodana, sekitar abad ketujuh sebelum
Masehi (2400 tahun yang lalu). Ayahnya sangat menginginkan dia menjadi
Maharaja Dunia, namun pikirannya dibayang-bayangi oleh ramalan petapa
Kondanna yang mengatakan bahwa anaknya akan menjadi Buddha karena
melihat empat hal: orang sakit, orang tua, orang mati, dan Pertapa Suci
atau Pertapa. Keempat hal tersebut selalu berusaha ditutupi olah
ayahnya. Ia tidak akan membiarkan sesuatu yang bersifat sakit, tua,
mati, dan pertapa suci dilihat oleh Siddharta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun Siddharta memang
sudah ditakdirkan untuk menjadi Buddha. Ramalan pertapa Kondanna
menjadi kenyataan. Keinginan Siddharta untuk menjadi Buddha terlintas
ketika ia melihat empat hal tersebut. Keempat hal tersebut pula yang
membuka pikirannya untuk mencari obat penawarnya. Akhirnya ia memutuskan
untuk menjadi pertapa dan berkeliling mencari pertapa-pertapa terkenal
dan mengikuti ajarannya, namun semuanya tidak membuat Siddharta puas.
Akhirnya ia menemukan pencerahan ketika bertapa di bawah pohon Bodhi di
Bodh Gaya pada malam Purnama Sidhi bulan Waisak.</div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_NbsBCg9ESNYS1PAFvAj8Y_FStUZ889JAOK22RufSx2QrXbPfLvDUowLD_wUPmfYVOA1C9biPEHAi4quUd7vgQB1ifvkm7aLw4S7JCgJFjX9RQgtx2u4rvi58a5q8-xZsUmTg3W-JGGXO/s1600/kalki.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_NbsBCg9ESNYS1PAFvAj8Y_FStUZ889JAOK22RufSx2QrXbPfLvDUowLD_wUPmfYVOA1C9biPEHAi4quUd7vgQB1ifvkm7aLw4S7JCgJFjX9RQgtx2u4rvi58a5q8-xZsUmTg3W-JGGXO/s200/kalki.jpg" width="155" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-large;">K</span>alki Awatara yaitu
penjelmaan Hyang Widhi yang terakhir yang akan turun untuk membasmi
penghinaan-penghinaan, pertentangan-pertentangan agama akibat
penyelewengan umat manusia dari ajaran Hyang Widhi (Dharma). Menurut
keyakinan umat Hindu, awatara terakhir akan turun apabila memuncaknya
pertentangan-pertentangan agama di dunia ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ajaran Agama
Hindu, Kalki (Sansekerta: कल्कि; Jepang: カルキ) (juga disalin sebagai
Kalkin dan Kalaki) adalah awatara kesepuluh dan Maha Avatāra (inkarnasi)
terakhir Dewa Wisnu Sang pemelihara, yang akan datang pada akhir zaman
Kali Yuga ini (zaman kegelapan dan kehancuran).</div>
<div style="text-align: justify;">
Kata Kalki seringkali
merupakan suatu kiasan dari “keabadian” atau “masa”. Asal mula nama
tersebut diperkirakan berasal dari kata Kalka yang bermakna “kotor”,
“busuk”, atau “jahat” dan oleh karena itu "Kalki" berarti “Penghancur
kejahatan”, “Penghancur kekacauan”, "Penghancur kegelapan", atau “Sang
Pembasmi Kebodohan”. Dalam bahasa Hindi, kalki avatar berarti “inkarnasi
hari esok”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai tradisi memiliki berbagai kepercayaan dan
pemikiran mengenai kapan, bagaimana, di mana, dan mengapa Kalki Awatara
muncul. Penggambaran yang umum mengenai Kalki Awatara yaitu beliau
adalah Awatara yang mengendarai kuda putih (beberapa sumber mengatakan
nama kudanya “Devadatta” (anugerah Dewa) dan dilukiskan sebagai kuda
bersayap). Kalki memiliki pedang berkilat yang digunakan untuk
memusnahkan kejahatan dan menghancurkan iblis Kali, kemudian menegakkan
kembali Dharma dan memulai zaman yang baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu sumber yang
pertama kali menyebutkan istilah Kalki adalah Wisnu Purana, yang diduga
muncul setelah masa Kerajaan Gupta sekitar abad ke-7 sebelum Masehi.
Wisnu adalah Dewa pemelihara dan pelindung, salah satu bagian Trimurti,
dan merupakan penengah yang mempertimbangkan penciptaan dan kehancuran
sesuatu. Kalki juga muncul di salah satu dari 18 kitab Purana yang
utama, Agni Purana. Kitab purana yang memuat khusus tentang Kalki adalah
Kalki Purana. Di sana dibahas kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa
Kalki muncul</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Radha Laksmihttp://www.blogger.com/profile/02510682845957514361noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2906194263185489707.post-88785084780359034832012-08-19T20:31:00.000-07:002012-08-19T20:31:57.801-07:00Weda Sebagai Kitab Suci Agama Hindu<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kitab Suci Weda</span></span><br />
<br />
<br />
Pengertian Weda<br />
Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.<br />
<br />
Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.<br />
<br />
Bahasa Weda<br />
Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta.Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci.<br />
<br />
Pembagian dan Isi Weda<br />
Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah. Kelompok Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smerti isinya bersumber dari Weda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman yang sisinya tidak bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smerti, keduanya adalah sumber ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan kebenarannya. Agaknya sloka berikut ini mempertegas pernyataan di atas.<br />
<br />
<i>Srutistu wedo wijneyo dharmasastram tu wai smerth,te sarrtheswamimamsye tabhyam dharmohi nirbabhau</i>. (M. Dh.11.1o).<br />
<br />
Artinya:Sesungguhnya Sruti adalah Weda, demikian pula Smrti itu adalah dharma sastra, keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adalah kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. (Dharma)<br />
<br />
<i>Weda khilo dharma mulamsmrti sile ca tad widam,acarasca iwa sadhunamatmanastustireqaca</i>. (M. Dh. II.6).<br />
<br />
Artinya:Seluruh Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma), kemudian barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orang-orang yang menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari orang-orang suci serta akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri).<br />
<br />
<i>Srutir wedah samakhyatodharmasastram tu wai smrth,te sarwatheswam imamsyetabhyam dharmo winir bhrtah</i>. (S.S.37).<br />
<br />
Artinya:Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan serta dituruti agar sempurnalah dalam dharma itu.<br />
<br />
Dari sloka-sloka diatas, maka tegaslah bahwa Sruti dan Smerti merupakan dasar utama ajaran Hindu yang kebenarannya tidak boleh dibantah. Sruti dan Smerti merupakan dasar yang harus dipegang teguh, supaya dituruti ajarannya untuk setiap usaha.Untuk mempermudah sistem pembahasan materi isi Weda, maka dibawah ini akan diuraikan tiap-tiap bagian dari Weda itu sebagai berikut:<br />
<br />
SRUTI<br />
Sruti adalah kitab wahyu yang diturunkan secara langsung oleh Tuhan (Hyang Widhi Wasa) melalui para maha Rsi. Sruti adalah Weda yang sebenarnya (originair) yang diterima melalui pendengaran, yang diturunkan sesuai periodesasinya dalam empat kelompok atau himpunan. Oleh karena itu Weda Sruti disebut juga Catur Weda atau Catur Weda Samhita (Samhita artinya himpunan). Adapun kitab-kitab Catur Weda tersebut adalah :<br />
<br />
Rg. Weda atau Rg Weda Samhita.<br />
Adalah wahyu yang paling pertama diturunkan sehingga merupakan Weda yang tertua. Rg Weda berisikan nyanyian-nyanyian pujaan, terdiri dari 10.552 mantra dan seluruhnya terbagi dalam 10 mandala. Mandala II sampai dengan VIII, disamping menguraikan tentang wahyu juga menyebutkan Sapta Rsi sebagai penerima wahyu. Wahyu Rg Weda dikumpulkan atau dihimpun oleh Rsi Pulaha.<br />
<br />
Sama Weda Samhita.<br />
Adalah Weda yang merupakan kumpulan mantra dan memuat ajaran mengenai lagu-lagu pujaan. Sama Weda terdiri dari 1.875 mantra. Wahyu Sama Weda dihimpun oleh Rsi Jaimini.<br />
<br />
Yajur Weda Samhita.<br />
Adalah Weda yang terdiri atas mantra-mantra dan sebagian besar berasal dari Rg. Weda. Yajur Weda memuat ajaran mengenai pokok-pokok yajus. Keseluruhan mantranya berjumlah 1.975 mantra. Yajur Weda terdiri atas dua aliran, yaitu Yayur Weda Putih dan Yayur Weda Hitam. Wahyu Yayur Weda dihimpun oleh Rsi Waisampayana.<br />
<br />
Atharwa Weda Samhita.<br />
Adalah kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran yang bersifat magis. Atharwa Weda terdiri dari 5.987 mantra, yang juga banyak berasal dari Rg. Weda. Isinya adalah doa-doa untuk kehidupan sehari-hari seperti mohon kesembuhan dan lain-lain. Wahyu Atharwa Weda dihimpun oleh Rsi Sumantu.<br />
<br />
Sebagaimana nama-nama tempat yang disebutkan dalam Rg. Weda maka dapat diperkirakan bahwa wahyu Rg Weda dikodifikasikan di daerah Punjab. Sedangkan ketiga Weda yang lain (Sama, Yayur, dan Atharwa Weda), dikodifikasikan di daerah Doab (daerah dua sungai yakni lembah sungai Gangga dan Yamuna.Masing-masing bagian Catur Weda memiliki kitab-kitab Brahmana yang isinya adalah penjelasan tentang bagaimana mempergunakan mantra dalam rangkain upacara. Disamping kitab Brahmana, Kitab-kitab Catur Weda juga memiliki Aranyaka dan Upanisad.Kitab Aranyaka isinya adalah penjelasan-penjelasan terhadap bagian mantra dan Brahmana. Sedangkan kitab Upanisad mengandung ajaran filsafat, yang berisikan mengenai bagaimana cara melenyapkan awidya (kebodohan), menguraikan tentang hubungan Atman dengan Brahman serta mengupas tentang tabir rahasia alam semesta dengan segala isinya. Kitab-kitab brahmana digolongkan ke dalam Karma Kandha sedangkan kitab-kitab Upanishad digolonglan ke dalam Jnana Kanda.<br />
<br />
SMERTI<br />
Smerti adalah Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan. Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara sistematis menurut bidang profesi. Secara garis besarnya Smerti dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni kelompok Wedangga (Sadangga), dan kelompok Upaweda.<br />
<br />
Kelompok Wedangga:<br />
Kelompok ini disebut juga Sadangga. Wedangga terdiri dari enam bidang Weda yaitu:<br />
<br />
(1). Siksa (Phonetika)<br />
Isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara tepat dalam pengucapan mantra serta rendah tekanan suara.<br />
<br />
(2). Wyakarana (Tata Bahasa)<br />
Merupakan suplemen batang tubuh Weda dan dianggap sangat penting serta menentukan, karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti, tidak mungkin tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar.<br />
<br />
(3). Chanda (Lagu)<br />
Adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang disebut lagu. Sejak dari sejarah penulisan Weda, peranan Chanda sangat penting. Karena dengan Chanda itu, semua ayat-ayat itu dapat dipelihara turun temurun seperti nyanyian yang mudah diingat.<br />
<br />
(4). Nirukta<br />
Memuat berbagai penafsiran otentik mengenai kata-kata yang terdapat di dalam Weda.<br />
<br />
(5). Jyotisa (Astronomi)<br />
Merupakan pelengkap Weda yang isinya memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan yadnya, isinya adalah membahas tata surya, bulan dan badan angkasa lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh di dalam pelaksanaan yadnya.<br />
<br />
(6). Kalpa<br />
Merupakan kelompok Wedangga (Sadangga) yang terbesar dan penting. Menurut jenis isinya, Kalpa terbagi atas beberapa bidang, yaitu bidang Srauta, bidang Grhya, bidang Dharma, dan bidang Sulwa. Srauta memuat berbagai ajaran mengenai tata cara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, terutama yang berhubungan dengan upacara keagamaan. Sedangkan kitab Grhyasutra, memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yajna yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berumah tangga. Lebih lanjut, bagian Dharmasutra adalah membahas berbagai aspek tentang peraturan hidup bermasyarakat dan bernegara. Dan Sulwasutra, adalah memuat peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan, misalnya Pura, Candi dan bangunan-bangunan suci lainnya yang berhubungan dengan ilmu arsitektur.<br />
<br />
Kelompok Upaweda:<br />
Adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan Wedangga. Kelompok Upaweda terdiri dari beberapa jenis, yaitu:<br />
<br />
(1). Itihasa<br />
Merupakan jenis epos yang terdiri dari dua macam yaitu Ramayana dan Mahabharata. Kitan Ramayana ditulis oleh Rsi Walmiki. Seluruh isinya dikelompokkan kedalam tujuh Kanda dan berbentuk syair. Jumlah syairnya sekitar 24.000 syair. Adapun ketujuh kanda tersebut adalah Ayodhya Kanda, Bala Kanda, Kiskinda Kanda, Sundara Kanda, Yudha Kanda dan Utara Kanda. Tiap-tiap Kanda itu merupakan satu kejadian yang menggambarkan ceritra yang menarik. Di Indonesia cerita Ramayana sangat populer yang digubah ke dalam bentuk Kekawin dan berbahasa Jawa Kuno. Kekawin ini merupakan kakawin tertua yang disusun sekitar abad ke-8.<br />
<br />
Disamping Ramayana, epos besar lainnya adalah Mahabharata. Kitab ini disusun oleh maharsi Wyasa. Isinya adalah menceritakan kehidupan keluarga Bharata dan menggambarkan pecahnya perang saudara diantara bangsa Arya sendiri. Ditinjau dari arti Itihasa (berasal dari kata "Iti", "ha" dan "asa" artinya adalah "sesungguhnya kejadian itu begitulah nyatanya") maka Mahabharata itu gambaran sejarah, yang memuat mengenai kehidupan keagamaan, sosial dan politik menurut ajaran Hindu. Kitab Mahabharata meliputi 18 Parwa, yaitu Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa, Asramawasikaparwa, Mausalaparwa, Mahaprastanikaparwa, dan Swargarohanaparwa.<br />
<br />
Diantara parwa-parwa tersebut, terutama di dalam Bhismaparwa terdapatlah kitab Bhagavad Gita, yang amat masyur isinya adalah wejangan Sri Krsna kepada Arjuna tentang ajaran filsafat yang amat tinggi.<br />
<br />
(2). Purana<br />
Merupakan kumpulan cerita-cerita kuno yang menyangkut penciptaan dunia dan silsilah para raja yang memerintah di dunia, juga mengenai silsilah dewa-dewa dan bhatara, cerita mengenai silsilah keturunaan dan perkembangan dinasti Suryawangsa dan Candrawangsa serta memuat ceitra-ceritra yang menggambarkan pembuktian-pembuktian hukum yang pernah di jalankan. Selain itu Kitab Purana juga memuat pokok-pokok pemikiran yang menguraikan tentang ceritra kejadian alam semesta, doa-doa dan mantra untuk sembahyang, cara melakukan puasa, tatacara upacara keagamaan dan petunjuk-petunjuk mengenai cara bertirtayatra atau berziarah ke tempat-tempat suci. Dan yang terpenting dari kitab-kitab Purana adalah memuat pokok-pokok ajaran mengenai Theisme (Ketuhanan) yang dianut menurut berbagai madzab Hindu. Adapun kitab-kitab Purana itu terdiri dari 18 buah, yaitu Purana, Bhawisya Purana, Wamana Purana, Brahma Purana, Wisnu Purana, Narada Purana, Bhagawata Purana, Garuda Purana, Padma Purana, Waraha Purana, Matsya Purana, Kurma Purana, Lingga Purana, Siwa Purana, Skanda Purana dan Agni Purana.<br />
<br />
(3) Arthasastra<br />
Adalah jenis ilmu pemerintahan negara. Isinya merupakan pokok-pokok pemikiran ilmu politik. Sebagai cabang ilmu, jenis ilmu ini disebut Nitisastra atau Rajadharma atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti dan Arthasastra. Ada beberapa Acarya terkenal di bidang Nitisastra adalah Bhagawan Brhaspati, Bhagawan Usana, Bhagawan Parasara dan Rsi Canakya.<br />
<br />
(4) Ayur Weda<br />
Adalah kitab yang menyangkut bidang kesehatan jasmani dan rohani dengan berbagai sistem sifatnya. Ayur Weda adalah filsafat kehidupan, baik etis maupun medis. Oleh karena demikian, maka luas lingkup ajaran yang dikodifikasikan di dalam Ayur Weda meliputi bidang yang amat luas dan merupakan hal-hal yang hidup. Menurut isinya, Ayur Weda meliptui delapan bidang ilmu, yaitu ilmu bedah, ilmu penyakit, ilmu obat-obatan, ilmu psikotherapy, ilmu pendiudikan anak-anak (ilmu jiwa anak), ilmu toksikologi, ilmu mujizat dan ilmu jiwa remaja. Disamping Ayur Weda, ada pula kitab Caraka Samhita yang ditulis oleh Maharsi Punarwasu.<br />
<br />
Kitab inipun memuat delapan bidan ajaran (ilmu), yakni Ilmu pengobatan, Ilmu mengenai berbagai jens penyakit yang umum, ilmu pathologi, ilmu anatomi dan embriologi, ilmu diagnosis dan pragnosis, pokok-pokok ilmu therapy, Kalpasthana dan Siddhistana. Kitab yang sejenis pula dengan Ayurweda, adalah kitab Yogasara dan Yogasastra. Kitab ini ditulis oleh Bhagawan Nagaryuna. isinya memuat pokok-pokok ilmu yoga yang dirangkaikan dengan sistem anatomi yang penting artinya dalam pembinaan kesehatan jasmani dan rohani.<br />
<br />
(5) Gandharwaweda<br />
Adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni. Ada beberapa buku penting yang termasuk Gandharwaweda ini adalah Natyasastra (yang meliputi Natyawedagama dan Dewadasasahasri), Rasarnawa, Rasaratnasamuscaya dan lain-lain.<br />
<br />
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa kelompok Weda Smerti meliptui banyak buku dan kodifikasinya menurut jenis bidang-bidang tertentu. Ditambah lagi kitab-kitab agama misalnya Saiwa Agama, Vaisnawa Agama dan Sakta Agama dan kitab-kitab Darsana yaitu Nyaya, Waisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa dan Wedanta. Kedua terakhir ini termasuk golongan filsafat yang mengakui otoritas kitab Weda dan mendasarkan ajarannya pada Upanisad. Dengan uraian ini kiranya dapat diperkirakan betapa luasnya Weda itu, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Di dalam ajaran Weda, yang perlu adalah disiplin ilmu, karena tiap ilmu akan menunjuk pada satu aspek dengan sumber-sumber yang pasti pula. Hal inilah yang perlu diperhatikan dan dihayati untuk dapat mengenal isi Weda secara sempurna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pembagian Weda secara umum dapat dilihat pada gambar berikut : </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjngbs21xb-L7DEGwGz1tz6VAERUeYHaGuf1tXlm015GpsTr6yNlDCtgzbUrTbMeSjpObwfekYnSGtSvrZe5BLWurs2jXJ9qtelw8IRTk_6At9tr-IlgoklLjM_mQoUUHgyibQvq8JtTl7F/s1600/4383940.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="163" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjngbs21xb-L7DEGwGz1tz6VAERUeYHaGuf1tXlm015GpsTr6yNlDCtgzbUrTbMeSjpObwfekYnSGtSvrZe5BLWurs2jXJ9qtelw8IRTk_6At9tr-IlgoklLjM_mQoUUHgyibQvq8JtTl7F/s320/4383940.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Tapi kalo mau yang lengkap bisa juga dilhat disini....)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicEB-TVelUctLLh4nZQ0kOY66H5ZG0ild1FZalBWwOIev2TpCvm_lcABeibQIVZ0HmoRjNVgVRnkJtzi6Y0_4Ke7IjcRF6epGdCNBMxzwZxMsfoWArKcQWMtyxHKsjpUFeCm0Gse32dcpE/s320/full-veda.jpg" width="177" /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://www.4shared.com/photo/bKyqb-Tg/full-veda.html?refurl=d1url">>>Yang berminat download</a><<</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
sumber: http://stahdnj.ac.id/?p=306</div>
Radha Laksmihttp://www.blogger.com/profile/02510682845957514361noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2906194263185489707.post-67920441767211168002012-08-16T00:41:00.001-07:002012-08-16T00:41:08.719-07:00
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm8e3vgYjG6i552F78vGHbM8NKyuYJJxW1_54GDDkqayVmRPxIt9xDKgEVGNMsZIy8puZSIw5CgWMHQXsCTPKDDE3T73ThgsxBDa2OrV1jEmcw9QNRAlhe8j2XyX90m734uunKC76qrZKp/s1600/Untitled-1+copy.bmp" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm8e3vgYjG6i552F78vGHbM8NKyuYJJxW1_54GDDkqayVmRPxIt9xDKgEVGNMsZIy8puZSIw5CgWMHQXsCTPKDDE3T73ThgsxBDa2OrV1jEmcw9QNRAlhe8j2XyX90m734uunKC76qrZKp/s200/Untitled-1+copy.bmp" width="116" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: center; text-indent: -14.15pt;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"> <b><span style="font-size: x-large;">Tri Sarira</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: "Courier New",Courier,monospace; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1. <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Tri Sarira terdiri dari dua kata, yaitu “Tri”
yang artinya tiga dan “Sarira/sharira” yang artinya badan. Tri Sarira diartikan
sebagai tiga lapisan badan/tubuh manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 14.2pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2. <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Bagian-bagian Tri Sarira yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Stula Sarira adalah lapisan badan yang paling
luar. Stula Sarira disebut juga badan kasar badan fisik atau badan wadah. Stula
Sarira dapat ilihat dan merupakan organ-organ tubuh yang dapat dilihat dan
diraba. Stula Sarira terbentuk dari unsur Panca Maha Bhuta, yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pertiwi adalah zat yang padat. Wujud dari
pertiwi cenderung tetap (padat), zat ini juga menentukan bentuk-bentuk benda di
alam semesta. Contohnya : tulang, daging dan otot.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Apah adalah zat yang cair. Zat ini lebih
halus daripada Pertiwi dan dapat berubah-ubah bentuknya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Contohnya: darah, dan lender.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Teja adalah zat segala zat panas. Zat ini
lebih halus daripada Apah karena hanya dapat dilihat dan dirasakan. Contohnya:
suhu badan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Bayu adalah zat udara. Contohnya: nafas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">5. <span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Akasa adalah zat eter atau hampa. Contohnya:
rongga tubuh</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b.
Suksma Sarira atau badan halus adalah lapisan badan yang tidak dapat dilihat
dan diraba, yaitu alam pikiran manusia. Alam pikiran letaknya jauh di dalam
badan sehingga disebut dengan badan halus. Badan Halus dalam Agama Hindu
disebut Suksma Sarira. Suksma Sarira dalam Bahasa Sansekerta disebut citta.
Ingatan atau citta adalah pengalaman yang dibuat tubuh, dipikirkan, dilihat dan
dirasakan selama manusia hidup di dunia ini.Citta adalah salah satu unsur yang
membentuk watak atau budi seseorang. Pada citta ini terdapat unsur Dasendria,
yaitu lima indriya pengenal yang disebut Panca Budhindriya yang terdiri dari:</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Cakswindriya
adalah indria pengelihatan yaitu terletak pada mata</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Srotendriya
adalah indria pendengar yaitu terletak pada telinga</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ghranendriya
adalah indria penciuman yaitu terletak pada hidung</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Twakindria
adalah indria pengenal rasa sentuhan yaitu terletak pada kulit</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jihwendria
adalah indria pengecap yaitu terletak pada lidah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">dan lima indriya pekerja atau
penggerak yang disebut Panca Karmendriya, yang terdiri dari:</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Panindriya
adalah indria penggerak pada tangan</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Padendria
adalah indria penggerak pada kaki</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Garbhendriya
adalah indria penggerak pada perut</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">4.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Upastendriya
adalah indria penggerak pada kemaluan laki-laki. Bhagendriya adalah indria
penggerak pada kemaluan perempuan.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 49.65pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-list: Ignore;">5.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pajwindriya
adalah indria penggerak pada pantat atau dubur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c.
Antakarana Sarira adalah lapisan badan yang paling halus yaitu Atman.
Antakarana Sarira disebut juga badan penyebab. Atman inilah yang menjiwai
manusia sehingga bisa hidup dan beraktivitas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3. Fungsi dari Tri Sarira adalah untuk menentukan
kehidupan manusia di dunia ini. Tubuh manusia (Stula Sarira) adalah alat dari
pikiran (Suksma Sarira). Sedangkan atman yang menentukan gerak pikiran manusia.
Pikiran dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu Satwam, Rajas dan Tamas. Apabila
ingatan dipengaruhi oleh Satwam, maka seseorang akan menjadi bijaksana, pandai,
pemaaf. Apabila ingatan dipengaruhi oleh guna Rajas maka seseorang menjadi
pemarah, pendendam dan agresif. Apabila ingatan dipengaruhi oleh Tamas, maka
seseorang akan menjadi malas, loba dan rakus. </span></div>
Radha Laksmihttp://www.blogger.com/profile/02510682845957514361noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2906194263185489707.post-1441248832535154882012-08-15T20:10:00.001-07:002012-08-15T20:10:50.163-07:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqGaNqJnNhq9vlaeYIQW3dAMcqIH_-TrF3dRr7sqThOAmiSteplCfanH2_X9COLrloRM38Rbu-Z0SrO2GXDs7L_VATL27eaYxm9NUS1PDUJyVKnGMxDy54DUSYlY40Y46MTQqReHB5K8Ei/s1600/mb.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqGaNqJnNhq9vlaeYIQW3dAMcqIH_-TrF3dRr7sqThOAmiSteplCfanH2_X9COLrloRM38Rbu-Z0SrO2GXDs7L_VATL27eaYxm9NUS1PDUJyVKnGMxDy54DUSYlY40Y46MTQqReHB5K8Ei/s200/mb.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-weight: bold;">Mahabharata </span>sebagai <span style="font-weight: bold;"> teladan</span><br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Ringkasan cerita</span><br />Peta "Bharatawarsha" (India Kuno) atau wilayah kekuasaan Maharaja Bharata<br /><span style="font-weight: bold;"> </span><br />
<span style="font-weight: bold;">Latar belakang</span><br /><br />
<div style="text-align: justify;">
Mahabharata
merupakan kisah kilas balik yang dituturkan oleh Resi Wesampayana untuk
Maharaja Janamejaya yang gagal mengadakan upacara korban ular. Sesuai
dengan permohonan Janamejaya, kisah tersebut merupakan kisah raja-raja
besar yang berada di garis keturunan Maharaja Yayati, Bharata, dan Kuru,
yang tak lain merupakan kakek moyang Maharaja Janamejaya. Kemudian Kuru
menurunkan raja-raja Hastinapura yang menjadi tokoh utama Mahabharata.
Mereka adalah Santanu, Chitrāngada, Wicitrawirya, Dretarastra, Pandu,
Yudistira, Parikesit dan Janamejaya.<br /><br />Mahabharata banyak
memunculkan nama raja-raja besar pada zaman India Kuno seperti Bharata,
Kuru, Parikesit (Parikshita), dan Janamejaya. Mahabharata merupakan
kisah besar keturunan Bharata, dan Bharata adalah salah satu raja yang
menurunkan tokoh-tokoh utama dalam Mahabharata.<br /><br />Kisah Sang
Bharata diawali dengan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja
Duswanta adalah seorang raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati,
menikahi Sakuntala dari pertapaan Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan
Sang Bharata, raja legendaris. Sang Bharata lalu menaklukkan daratan
India Kuno. Setelah ditaklukkan, wilayah kekuasaanya disebut
Bharatawarsha yang berarti wilayah kekuasaan Maharaja Bharata (konon
meliputi Asia Selatan)[2]. Sang Bharata menurunkan Sang Hasti, yang
kemudian mendirikan sebuah pusat pemerintahan bernama Hastinapura. Sang
Hasti menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah
Sang Kuru, yang menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang
disebut Kurukshetra (terletak di negara bagian Haryana, India Utara).
Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam Dinasti
tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur
Pandawa dan Korawa.<br /><br />Kerabat Wangsa Kaurawa (Dinasti Kuru) adalah
Wangsa Yadawa, karena kedua Wangsa tersebut berasal dari leluhur yang
sama, yakni Maharaja Yayati, seorang kesatria dari Wangsa Chandra atau
Dinasti Soma, keturunan Sang Pururawa. Dalam silsilah Wangsa Yadawa,
lahirlah Prabu Basudewa, Raja di Kerajaan Surasena, yang kemudian
berputera Sang Kresna, yang mendirikan Kerajaan Dwaraka. Sang Kresna
dari Wangsa Yadawa bersaudara sepupu dengan Pandawa dan Korawa dari
Wangsa Kaurawa.<br />[sunting] Prabu Santanu dan keturunannya<br />Prabu Santanu dan Dewi Satyawati, leluhur para Pandawa dan Korawa<br /><br />Prabu
Santanu adalah seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru,
berasal dari Hastinapura. Ia menikah dengan Dewi Gangga yang dikutuk
agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena Sang Prabu
melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi Gangga
sempat membuahkan anak yang diberi nama Dewabrata atau Bisma. Setelah
ditinggal Dewi Gangga, akhirnya Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa
tahun kemudian, Prabu Santanu melanjutkan kehidupan berumah tangga
dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri nelayan. Dari hubungannya, Sang
Prabu berputera Sang Citrānggada dan Wicitrawirya. Citrānggada wafat di
usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan oleh adiknya
yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan belum
sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa, kedua istri
Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika, melahirkan masing-masing
seorang putera, nama mereka Pandu (dari Ambalika) dan Dretarastra (dari
Ambika).<br /><br />Dretarastra terlahir buta, maka tahta Hastinapura
diserahkan kepada Pandu, adiknya. Pandu menikahi Kunti kemudian Pandu
menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madrim,namun akibat kesalahan
Pandu pada saat memanah seekor kijang yang sedang kasmaran, maka kijang
tersebut mengeluarkan (Supata=Kutukan) bahwa Pandu tidak akan merasakan
lagi hubungan suami istri, dan bila dilakukannya, maka Pandu akan
mengalami ajal. Kijang tersebut kemudian mati dengan berubah menjadi
wujud aslinya yaitu seorang pendeta. Kemudian karena mengalami kejadian
buruk seperti itu, Pandu lalu mengajak kedua istrinya untuk bermohon
kepada Hyang Maha Kuasa agar dapat diberikan anak. Lalu Batara guru
mengirimkan Batara Dharma untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahir anak
yang pertama yaitu Yudistira Kemudian Batara Guru mengutus Batara Indra
untuk membuahi Dewi Kunti shingga lahirlah Harjuna, lalu Batara Bayu
dikirim juga untuk membuahi Dewi Kunti sehingga lahirlah Bima, dan yang
terakhir, Batara Aswin dikirimkan untuk membuahi Dewi Madrim, dan
lahirlah Nakula dan Sadewa - Kelima putera Pandu tersebut dikenal
sebagai Pandawa. Dretarastra yang buta menikahi Gandari, dan memiliki
seratus orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah
Korawa. Pandu dan Dretarastra memiliki saudara bungsu bernama Widura.
Widura memiliki seorang anak bernama Sanjaya, yang memiliki mata batin
agar mampu melihat masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.<br /><br />Keluarga Dretarastra, Pandu, dan Widura membangun jalan cerita Mahabharata. Pandawa dan Korawa<br /><br />Pandawa
dan Korawa merupakan dua kelompok dengan sifat yang berbeda namun
berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata. Korawa
(khususnya Duryodana) bersifat licik dan selalu iri hati dengan
kelebihan Pandawa, sedangkan Pandawa bersifat tenang dan selalu bersabar
ketika ditindas oleh sepupu mereka. Ayah para Korawa, yaitu
Dretarastra, sangat menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia
sering dihasut oleh iparnya yaitu Sangkuni, beserta putera kesayangannya
yaitu Duryodana, agar mau mengizinkannya melakukan rencana jahat
menyingkirkan para Pandawa.<br /><br />Pada suatu ketika, Duryodana
mengundang Kunti dan para Pandawa untuk liburan. Di sana mereka menginap
di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh Duryodana. Pada malam hari,
rumah itu dibakar. Namun para Pandawa diselamatkan oleh Bima sehingga
mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai
menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut
Bima bertemu dengan rakshasa Hidimba dan membunuhnya, lalu menikahi
adiknya, yaitu rakshasi Hidimbi. Dari pernikahan tersebut, lahirlah
Gatotkaca.<br /><br />Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati
Kerajaan Panchala. Di sana tersiar kabar bahwa Raja Drupada
menyelenggarakan sayembara memperebutkan Dewi Dropadi. Karna mengikuti
sayembara tersebut, tetapi ditolak oleh Dropadi. Pandawa pun turut serta
menghadiri sayembara itu, namun mereka berpakaian seperti kaum
brahmana. Arjuna mewakili para Pandawa untuk memenangkan sayembara dan
ia berhasil melakukannya. Setelah itu perkelahian terjadi karena para
hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak selayaknya mengikuti
sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di
rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil
meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata
untuk seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat
bahwa anak-anaknya tidak hanya membawa hasil meminta-minta, namun juga
seorang wanita. Tak pelak lagi, Dropadi menikahi kelima Pandawa.<br /><br />Dursasana
yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Dropadi, namun kain
tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis karena mendapat kekuatan
gaib dari Sri Kresna<br /><br />Agar tidak terjadi pertempuran sengit,
Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Korawa. Korawa
memerintah Kerajaan Kuru induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura,
sementara Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota
Indraprastha. Baik Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana
megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke dalam kolam yang ia kira
sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan bagi Dropadi. Hal
tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.<br /><br />Untuk
merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira secara perlahan namun pasti,
Duryodana mengundang Yudistira untuk main dadu dengan taruhan harta dan
kerajaan. Yudistira yang gemar main dadu tidak menolak undangan tersebut
dan bersedia datang ke Hastinapura dengan harapan dapat merebut harta
dan istana milik Duryodana. Pada saat permainan dadu, Duryodana diwakili
oleh Sangkuni yang memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Satu
persatu kekayaan Yudistira jatuh ke tangan Duryodana, termasuk saudara
dan istrinya sendiri. Dalam peristiwa tersebut, pakaian Dropadi berusaha
ditarik oleh Dursasana karena sudah menjadi harta Duryodana sejak
Yudistira kalah main dadu, namun usaha tersebut tidak berhasil berkat
pertolongan gaib dari Sri Kresna. Karena istrinya dihina, Bima bersumpah
akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah mengucapkan
sumpah tersebut, Dretarastra merasa bahwa malapetaka akan menimpa
keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta Yudistira yang
dijadikan taruhan.<br /><br />Duryodana yang merasa kecewa karena
Dretarastra telah mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi
miliknya, menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya.
Kali ini, siapa yang kalah harus menyerahkan kerajaan dan mengasingkan
diri ke hutan selama 12 tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran
selama setahun, dan setelah itu berhak kembali lagi ke kerajaannya.
Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti permainan tersebut dan
sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa
meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa
penyamaran selama setahun.<br /><br />Setelah masa pengasingan habis dan
sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak untuk mengambil alih
kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun Duryodana bersifat
jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas
ujung jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi damai
dilakukan oleh Sri Kresna, namun berkali-kali gagal. Akhirnya,
pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.<br /> Pertempuran di Kurukshetra<br /><br />Pandawa
berusaha mencari sekutu dan ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan
Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan
Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih
banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha seperti
misalnya Drupada, Satyaki, Drestadyumna, Srikandi, Wirata, dan lain-lain
ikut memihak Pandawa. Sementara itu Duryodana meminta Bisma untuk
memimpin pasukan Korawa sekaligus mengangkatnya sebagai panglima
tertinggi pasukan Korawa. Korawa dibantu oleh Resi Drona dan putranya
Aswatama, kakak ipar para Korawa yaitu Jayadrata, serta guru Krepa,
Kretawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawas, Bahlika, Sangkuni, Karna, dan
masih banyak lagi.<br /><br />Pertempuran berlangsung selama 18 hari penuh.
Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya
Abimanyu, Drona, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan
puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sangkuni, dan masih banyak lagi. Selama
18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah dan pembantaian yang
mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya sepuluh ksatria yang
bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu,
Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kretawarma.<br /><br />Setelah perang berakhir,
Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah
selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu
Parikesit. Kemudian, Yudistira bersama Pandawa dan Dropadi mendaki
gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka
meninggal dan mencapai surga. Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan
adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan memiliki putera bernama
Janamejaya. Janamejaya menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki
putera bernama Satanika. Satanika berputera Aswamedhadatta.
Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian memimpin Kerajaan Wangsa Kuru
di Hastinapura.<br /><br />Mahabharata cerita yang sangat menarik dan
patut di baca. ketabahan para pandawa yang di asingkan di hutan selama
12 tahun. dan perana bharatayudha yang sangat menarik,banyak satria yang
gugur.ada rasa haru,kecewa,bahagia dan sejuta rasa lain yang membuat
pembaca tersentuh,bahkan bisa menitihkan air mata. </div>
<br />
Bagi yang berminat menonton silahkan klik >>> <a href="http://kksongs.org/video/mahabharata/index.html" style="background-color: red; color: black;">M a h a b h a r a t a</a><span style="background-color: red; color: black;"> </span>Radha Laksmihttp://www.blogger.com/profile/02510682845957514361noreply@blogger.com0